Flammable Limits (% vol) : 1,2 - 7,4
Flammable Limit merupakan batas konsentrasi hexane di udara yang bisa memunculkan terjadinya reaksi pembakaran. Hexane di udara dengan konsentrasi dibawah 1,2% atau diatas 7,4% tidak akan bisa terbakar. Tetapi perlu diingat, gas mempunyai sifat memenuhi ruangan sehingga ketika ada uap hexane dengan konsentrasi tinggi di udara, maka uap tersebut akan menyebar dan lama-kelamaan konstentrasinya akan menurun dan akhirnya pasti masuk dalam range flammable
limits sehingga potensi bahaya muncul.
Dalam proses industri (umumnya hexane dipakai sebagai solvent dalam pabrik ekstraksi), munculnya konsentrasi hexane dalam range flammable limit harus dihindari baik di area lingkungan proses maupun di dalam peralatan proses. Ketika muncul sumber api diarea atau didalam ruang dengan konsentrasi hexane dalam range flammable, maka kebakaran bahkan ledakan akan terjadi. Proses kebakaran maupun ledakan yang terjadi akan berlangsung sangat cepat, dimungkinkan dalam hitungan detik. Jadi ketika kejadian tersebut terjadi, hampir tidak ada yang bisa dilakukan lagi.
Untuk mencegah munculnya konsentrasi flammable di dalam peralatan proses bisa dilakukan dengan penambaan gas inert misalnya Nitrogen, Karbon Dioksida, Argon maupun Steam pada kondisi tertentu, misalnya saat start-up maupun purge. Sedangkan untuk mencegah munculnya konsentrasi flammable di area lingkungan sekitar pabrik bisa dilakukan dengan pencegahan kebocoran peralatan
Sebagai catatan, range flammable tersebut berlaku pada kondisi suhu dan tekanan atmosferis, serta dalam ruang tube 2”. Range tersebut akan melebar bila suhu, tekanan dan diameter ruang makin besar.
Ignition Temperature (oC): 225
Ignition temperature merupakan suhu yang diperlukan untuk memulai atau menyebabkan ledakan dengan
sendirinya walaupun tidak ada pemicu luar berupa api atau percikan. Kondisi operasi pabrik yang menggunakan hexane tidak boleh bersuhu diatas ignition temperature dan dalam prakteknya perlu 10% sebagai faktor keselamatan.
Flash Point (oC): -26
Flash point merupakan cairan dimana bahan cair atau bahan mudah menguap memberikan uap yang cukup untuk membentuk campuran yang bisa terbakar dengan udara yang berada pada permukaan bahan cair tersebut. Jadi ketika hexane pada suhu lingkungan diberi api, maka hexane tersebut akan terbakar. Hal ini berbeda dengan cairan yang mempunyai flash point diatas suhu lingkungan, misalnya minyak goreng yang mempunyai flash point 135oC, maka minyak goreng tidak akan terbakar pada suhu lingkungan, bahkan aman untuk menggoreng karena flash point-nya yang tinggi.
Cairan dengan titik nyala dibawah 0 oC tergolong cairan sangat mudah sekali menyala.
Vapor Density (udara = 1): 2,975
Vapor density menunjukkan perbandingan berat uap hexane dibanding dengan udara pada volume yang sama, suhu dan tekanan tertentu. Uap hexane 2,975 kali lebih berat daripada udara, sehingga uap cenderung mengalir dipermukaan, mengumpul di area bawah dalam ruang yang terkurung/tertutup. Oleh karena itu, dalam pabrik yang menggunakan hexane, tidak boleh terdapat basement, input vent blower diambil dari bagian bawah tangki, semua peralatan proses harus terdapat jalur drain dibagian dasar dan semua permukaan peralatan tidak boleh bersuhu diatas ignition point hexane.
Boiling Point, pada tekanan 1 atm (oC): 69
Boiling point merupakan suhu dimana hexane akan mendidih. Alat proses untuk penguapan hexane, misalnya evaporator, stripper dan toaster, suhu operasinya harus diatas boiling point, umumnya untuk memperoleh hasil penguapan yang maksimal digunakan suhu diatas 100oC. Sedangkan alat proses yang menggunakan hexane dalam bentuk cair, misalnya ekstraktor, suhu operasinya harus dibawah boiling point, biasanya dalam kisaran 50 - 60 oC.
Dari sisi keselamatan, hexane tergolong mempunyai titik didih rendah. Hal ini berarti bila terjadi kebakaran pada tangki hexane, maka tekanan akan cepat meningkat. Bila tangki tidak menpunyai relief valve, maka ledakan besar akan cepat terjadi. Sedangkan bila tangki dilengkapi dengan relief valve, maka proses penyusutan quantity hexane akan berlangsung dengan cepat, akibatnya proses penyerapan panas oleh cairan hexane berkurang dan akhirnya tangki akan sobek dan meledak.
Vapor Pressure, pada suhu 38 oC (atm): 0.34
Vapor pressure adalah tekanan parsial suatu uap pada kesetimbangan dengan fase bukan uapnya. Nilai tekanan uap sangat dipengaruhi oleh suhu operasi, semakin tinggi suhu semakin besar tekanan uapnya dan semakin mudah cairan hexane menguap hingga dicapai suhu didih.
Tekanan uap menunjukkan jumlah fraksi uap dari suatu cairan dalam kondisi kesetimbangan. Dalam aplikasi di dunia industri, sifat tekanan uap ini digunakan dalam perancangan jumlah stage dalam proses destilasi maupun kondensasi. Sebagai contoh adalah kondesor untuk mengkondensari hexane, diperlukan jumlah kondensor yang lebih banyak (secara seri) bila dibandingkan jumlah kondensor untuk mengkondensasi air karena tekanan uap hexane yang jauh lebih besar dibanding tekanan uap air.
Dari sisi keselamanan, peran tekanan uap serupa dengan boiling point. Hexane mempunyai tekanan uap yang tergolong besar, sehingga hexane di area terbuka dan pada suhu lingkungan akan menguap habis. Oleh karena itu, bila terjadi kebakaran, alat pemanam api yang tepat digunakan adalah alat pemanam api untuk gas yaitu tepung dan dilanjutkan dengan busa atau air untuk pendinginan lanjut.
Specific gravity, pada 16 oC (air=1): 0,664
Specific gravity menunjukkan perbandingan berat cairan hexane per satuan volume, dibandingkan dengan berat air pada volume yang sama, suhu dan tekanan tertentu. Hal ini berarti, bila hexane dicampur dengan air, maka hexane akan berada di atas.
Proses pemandaman api hexane dengan air tidak efektif karena hexane akan muncul di permukaan sehingga oksigen sebagai bahan baku reaksi pembakaran akan terus tersedia. Selain itu, air juga bisa membuat api menyebar. Tetapi air bisa berfungsi sebagai pendingin peralatan atau bangunan.